TOBOALI,MERCUSUAR.NET,-Sejumlah petani lada atau lebih dikenal dunia dengan Muntok White Paper membutuhkan motivasi atau bimbingan dari pemkab setempat agar mampu bersaing dengan jenis usaha pertanian atau perkebunan kelapa sawit di daerah setempat.
“Usaha tani lada ini sudah sejak dulu kami lakukan walaupun sebagian warga sudah beralih ke profesi lain,namun kami tetap bertahan di tengah kemarau,”kata salah satu petani Lada Toboali H.Bagas ketika ditemui wartawan saat menjemur lada putih pada,Sabtu(28/6).
Disampaikannya semangat menanam padi ini kembali bergairah ketika adanya kerjasama salah satu BUMDES di Bangka Selatan dengan pihak luar negeri yaitu Negara Perancis tahun 2024 kemarin.
“Dengan adanya kerjasama itu kami mengira harga lada bakal naik tahun ini namun hingga sekarang harga masih tetap bertahan,”ujarnya.
Menurut dia saat ini harga jual lada putih di pasaran toko Toboali sekitar Rp.130.000 hingga Rp.135.000 berdasarkan bersih atau tidaknya lada itu.
“Kalau putih bersih harganya bisa Rp.135.000 namun kalau ada yang hitam walaupun sedikit harganya bisa turun menjadi Rp.120.000 dan Rp 130.000 tergantung penilaian toko pembeli,”ujarnya.
Ia mengatakan sangat membutuhkan peran serta pemerintah untuk meningkatkan hasil panen lada di daerah ini sebab lada ini merupakan salah satu andalan daerah kita.
“Nampaknya pemda kurang perhatian dengan perkebunan lada dan lebih tertarik dengan perkebunan kelapa sawit yang saat ini ramai dibicarakan oleh masyarakat karena merambah lahan pertanian padi sawah,”katanya.
Ia berharap pemda tidak membedakan dua jenis perkebunan ini sehingga tidak ada istilah anak kandung dan anak tiri,semua harus diperhatikan dan di bina.
“Sebab usaha hilirisasi komoditas Lada sudah ada di Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) Desa Airgegas dan itu harus tetap berjalan sesuai dengan proyeksi awal yang disampaikan oleh Bupati waktu itu,”harapnya.(Tim Mr).
